Senin, 04 November 2013

Kau pasti akan berjumpa mentari.

Kawanku sedang patah hati. Maka aku pun mau mengakui soal aku pernah patah hati.
***

Hampir setahun. Setelah lebih dari dua tahun yang terasa singkat.
Kau pasti bingung apa yang kubicarakan pada kalimat pertama dan kedua.
Begini;

Di Juli 2010, aku tenggelam pada pria sederhana, yang biasanya lakukan apa saja supaya aku tertawa. Bahkan terbahak-bahak. Seringkali terbahak-bahak, sampai banjir air mata. Bagaimana bisa tak suka? Tentu sulit. Maka meski harus menyambung-nyambung rindu dari Surabaya hingga Jakarta, status berpacaran tetap ingin digenggam, erat-erat.

Kalau kau pernah tahu rasanya jatuh cinta, mungkin tidak sulit memahami bahwa aku tenggelam. Begitu saja tenggelam. Setiap hari, meski terpisah sekitar delapan ratus kilometer, rasanya berwarna. Apalagi kalau ada kesempatan bertemu, dunia sejuta kali lebih berwarna! Tapi yang indah tak selalu lama-lama. Begitu juga kata Ibu, bahwa yang indah tak selalu lama-lama, karena di setiap senang, ada sedih yang ikut antri. Sederhana saja; aku kehujanan di November 2012. Kehujanan air mata.

Desember 2012, aku kena kemarau. Kering, tidak bisa lagi berlinang air mata. Tepatnya, tidak boleh lagi. Aku belajar lupa. Lupa bahwa ada perbincangan di telepon setiap pagi. Lupa bahwa sebelumnya, tawaku hanya bergantung pada pria-sederhana-yang-biasanya-lakukan-apa-saja-supaya-aku-tertawa itu. Lupa bahwa hampir seribu hari sebelumnya aku menimbun terlalu banyak senang, menyimpannya dalam-dalam, mengharapkannya dalam-dalam.

Masih di Desember 2012, aku kebanjiran lagi. Ada yang kulupa. Aku lupa berterima kasih pada Tuhan. Aku lupa bahwa aku teramat sombong. Hampir seribu hari terakhir dari Desember 2012, aku lupa bertemu Tuhan di setiap pagi, siang, juga malam. Maka sejak hari yang juga kulupa itu, aku kembali pada Tuhan, merindukanNya di setiap pagi sampai malam. Bertanya kepadaNya bagaimana kembali ke titik nol. Bercerita kepadaNya bagaimana sakitnya kembali ke titik nol. 

Seketika berubah. Seketika semua berubah. Hujan dan kemarau kemudian hilang. Hilang pelan-pelan mulai Desember 2012. Aku kembali pada Tuhan. Kembali pada keluarga dan teman-teman. Aku ubah gaya rambut, aku ubah gaya berpakaian, aku ubah hampir segalanya! Aku mulai diet; hilangkan empat kilogram, tiga kilogram,  dan seterusnya. Aku belajar makan sayuran, yang sebelumnya tak bisa kulakukan. Aku berolahraga. Berlari, yoga, dan lainnya. Aku tinggalkan yang tak sehat, pelan-pelan.

Halo, November. Tak mudah menjalani setahun ini. Setahun untuk bertemu November kembali. Aku kehilangan kakek di Maret 2013, beliau menyusul nenek ke rumah Tuhan. Aku bersenang-senang di Bandung pada Juli 2013. Aku berlari lebih giat mulai September 2013. Kadang aku berlebihan soal pencapaian berolahraga; karena pesona Maggie Greene di The Walking Dead dan Katniss Everdeen di The Hunger Games. Aku resmi menjadi dua puluh satu tahun di Oktober 2013. Aku jadi menikmati segalanya. Aku tak lagi belajar lupa. Kadang aku rapikan ingatan, kupelajari baik-baik. Kalau tiba waktunya, aku akan diuji kembali, maka aku tak seharusnya lupa pelajaran sebelumnya.
***

Your broken heart isn't that bad. Kau pasti akan lalui badai. Kau juga pasti berjumpa mentari. Tenanglah, tetap bersama Tuhan, dan atom-atom positifnya. Belajarlah.




Jangan lupa senyum, ya.
Kau juga akan berjumpa mentari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar